Selasa, 20 Januari 2009

Dunia Broadcast


dunia broadcasting

By Jeryhihihi

Internet Broadcasting.

http://www.makeuseof.com/dir/ustreamtv/

Penggunaan teknologi streaming pada Internet broadcasting ini memungkinkan sebuah stasiun radio atau televisi melakukan siarannya menggunakan jalur Internet. Sebenarnya ada dua jenis layanan yang dapat disuguhkan oleh Internet broadcasting ini, yaitu on-demand dan live. Untuk yang on-demand, biasanya adalah broadcasting yang menyiarkan file media yang telah direkam sebelumnya. Stasiun televisi Indonesia yang sudah menggunakan teknologi Internet broadcasting on-demand adalah SCTV. SCTV menyediakan siaran ulang acara berita Liputan 6 yang dapat disaksikan di situs http://www.liputan6.com. Untuk stasiun radio yang on-demand misalnya siaran radio BBC edisi bahasa Indonesia yang dapat didengar di situs http://www.bbc.co.uk/indonesian.

Sedangkan Internet broadcasting yang live, atau biasa dikenal pula dengan istilah livecasting, menyiarkan suatu file media saat itu juga ketika suatu kejadian tengah berlangsung (real time). Salah satu stasiun radio Indonesia yang menggunakan teknologi livecasting ini misalnya radio Elshinta Jakarta, yang siarannya dapat didengar melalui situs pnm://elshinta.indosat.net.id/live.ra. Sedangkan untuk stasiun televisi di Indonesia, belum ada yang melakukan livecasting, kecuali untuk satu-dua acara tertentu saja yang sifatnya insidentil. Masalah utamanya adalah pada kesiapan infrastruktur Internet di Indonesia, karena livecasting ini memerlukan jaringan Internet dengan bandwidth dan kecepatan yang memadai.

Secara teknis, Internet broadcasting yang menggunakan teknologi streaming ini terbagi atas dua jenis, yaitu unicasting dan multicasting. Terkadang kita rancu antara istilah broadcasting, unicasting dan multicasting.

Broadcasting dalam keseharian (non Internet) sebenarnya adalah proses pengiriman data dari satu titik ke banyak titik, seperti kita mengirimkan sebuah e-mail ke mailing-list, setiap titik (anggota mailing-list) mau tidak mau akan menerima e-mail kita. Proses broadcasting ini berlaku pada pemancaran siaran radio atau televisi melalui gelombang udara (frekuensi) tertentu yang sebenarnya semua frekuensi tersebut diterima oleh antena pesawat penerima kita. Tinggal kita memilih frekuensi mana yang akan kita dengarkan (tuning).

Sedangkan unicasting adalah proses pengiriman data dari satu titik ke satu titik yang lainnya, dan non real time sebagaimana layaknya layanan dasar berbasis IP. Proses unicasting seperti kita mengirimkan e-mail yang isinya sama secara satu per satu ke rekan kita. Dengan unicasting, sebuah file media yang telah dibuat, kita simpan dahulu di sebuah media penyimpanan. Jika ada pengguna Internet yang ingin menikmati file media tersebut, maka file tersebut akan di-streaming-kan terlebih dahulu oleh sebuah streaming server sebelum disajikan ke komputer pengguna tersebut. Proses penyampaian file media dari media penyimpanan hingga ke komputer pengguna tersebut terjadi berulang-ulang, tergantung berapa banyak orang yang ingin menikmati file tersebut. Untuk itulah maka unicast cocok untuk Internet broadcasting yang non real time dan on-demand.

23/4/2007 01:12:05


‘Broadcasters play key role in anti-climate change efforts’ Broadcasters have a key responsibility in creating awareness and initiating national and global efforts to tackle climate change, broadcasters attending the ABU Programme Committee meeting in Tehran heard today. Parni Hadi of RRI-Indonesia said that apart from disseminating correct and easy-to-understand information about the effects of global warming to the public, broadcasters should take on a bigger role such as fighting corrupt practices that promote climate change.He also called for more fair trade between countries, especially concerning natural resources, adding that countries that have yet to sign the Kyoto Protocol on climate change should be pressured to do so.“Radio, and the media, must play the role of the provider of correct and easier to understand information about global warming. Journalists must be trained to write in a manner that is easier to understand by the public. “Also, scientists need to be trained on how to express their findings in a less complicated manner,” he said.Jun Ogawa of TBS-Japan shared his organisation’s experience in creating awareness about the dangers of climate change. He said radio was crucial in fighting climate change as it is “a global media with potential to reach every corner of the world”.He said TBS worked together with MBC-Korea to get listeners to shut off their lights for two hours during the summer solstice as an act of solidarity in fighting global warming.“This is not really an appeal to save energy. It is more of an appeal for solidarity& to take action together and think about global warming.”Session moderator, Deborah Steele of Radio Australia, said journalists often ran the risk of unintentional “information bias” in their reporting as by getting both sides of the story, they end up greatly amplifying the views of a small group of sceptics.“Balanced coverage does not always mean accurate coverage. In terms of the global warming story, ‘balance’ may allow sceptics - many of them funded by carbon-based industry interests - to be frequently consulted and quoted in news reports on climate change,” she said.

Qualcomm untuk Jajaki Bisnis Baru dalam “Mobile Broadcasting”
Pengembang teknologi CDMA Qualcomm Incorporated bekerja sama dengan PCCW Limited, penyedia layanan komunikasi di
Hong Kong. Keduanya telah menandatangani perjanjian untuk melakukan uji coba teknis teknologi MediaFLO milik Qualcomm di Hong Kong. Uji coba teknis ini berlangsung dari tanggal 14 Mei hingga 13 November 2007, bertujuan mengetahui kemampuan kinerja MediaFLO handset bagi jaringan Now TV PCCW.
Selain itu, juga ada kesempatan PCCW untuk uji coba bisnis model layanan mobile television komersial berbasis MediaFLO yang potensial–sebuah teknologi mobile broadcasting yang terbuka–jika layanan seperti itu akan diluncurkan di Hong Kong.

Perjanjian ini ditandatangani PCCW-HKT Telephone Limited, anak perusahaan milik PCCW Limited. PCCW yang meluncurkan Now TV-nya yang sukses pada September 2003. Now TV adalah IPTV terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 80.000 pelanggan di Hong Kong dan menghadirkan lebih dari 130 channel berkelas dunia. PCCW memiliki quadruple-play platform serta merupakan penyedia terkemuka bagi beragam pilihan untuk konten, programming, dan layanan broadband interaktif, fixed line, mobile, dan TV.
“Kami saat ini berada di depan pada layanan multimedia interaktif dan melihat mobile TV sebagai pengembangan layanan kami,” kata Paul Berriman, CTO PCCW. “Pasar Hong Kong telah siap mengadopsi layanan seperti ini yang merupakan pelengkap bagi layanan multimedia interaktif berbasis 3G kami dan kami ingin menawarkan solusi yang terbaik untuk pelanggan kami.” MediaFLO sukses dalam uji coba baru-baru ini dan menjanjikan pengalaman pengguna menarik yang berpotensi untuk diadopsi secara luas di Hong Kong. Uji coba teknis ini akan mengevaluasi model bisnis kami dan content line-up untuk pengembangan integrasi layanan yang tepat untuk menghadirkan mobile broadcast dan TV interaktif masa depan.”

Inovasi
Teknologi FLO, inovasi teknologi broadcast dan komponen utama MediaFLO System, adalah teknologi air interface global yang diakui dengan beragam spesifikasi teknis yang telah diratifikasi oleh Telecommunication Industry Association (TIA). Selain itu, International Telecommunication Union–Radiocommunication Sector (ITU-R), baru-baru ini mengakui FLO sebagai teknologi yang direkomendasikan ITU-R untuk multimedia broadcasting dan aplikasi data untuk mobile reception serta perangkat genggam. Air interface FLO dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan jangkauan sekaligus menghemat biaya pengiriman konten pada perangkat bergerak.
Komitmen QUALCOMM terhadap pasar Asia ditekankan dengan pengembangan lainnya yang baru-baru ini dilakukan di wilayah ini. China Network Systems dan Taiwan Television Media saat ini melakukan uji coba teknis MediaFLO di Taiwan. Di Jepang, QUALCOMM telah mendirikan sebuah joint venture dengan KDDI yang disebut MediaFLO Japan Planning Incorporated dan Softbank telah mendirikan Mobile Media Planning Corporation. Kedua perusahaan telah didirikan untuk menjajaki penggunaan layanan MediaFLO di seluruh negeri.
Dirancang secara khusus untuk lingkungan mobile, teknologi MediaFLO bertujuan untuk secara bersama-sama menghadirkan manfaat teknologi mobile broadcast termasuk video dan audio berkualitas tinggi, channel switching time yang lebih cepat, mobile reception yang lebih baik, konsumsi tenaga yang lebih optimal, dan kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan teknologi mobile broadcast lainnya

. Jakarta Broadcasting School

Booming Industri televisi di Indonesia, yang ditengarai kehadiran 10 televisi swasta (RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, Trans TV, Metro TV, TV7, Lativi dan Global TV) dan menjamurnya televisi lokal/regional (JTV, Riau TV, Bali TV, dll) seiring dengan makin menguatnya wacana otonomi daerah, telah melahirkan tantangan baru bagi dunia pendidikan di negeri ini untuk menyediakan tenaga - tenaga profesional di bidang broadcasting. Bagaimanapun harus diakui bahwa booming industri televisi di Indonesia tidak dibarengi dengan tersedianya tenaga kerja siap pakai. Adalah tanggung jawab kampus untuk menjawab tantangan dan peluang ini.Universitas Budi Luhur dengan bangga dan penuh dedikasi membuka beberapa program pendidikan dan pelatihan di bidang broadcasting (televisi dan radio) untuk menjawab antusiasme masyarakat untuk terlibat aktif di dunia penyiaran yang sarat dengan teknologi dan idealisme.Dengan pengalaman puluhan tahun di bidang pendidikan, didukung oleh para pengajar dan instruktur profesional dari televisi/radio dari dalam dan luar negeri, Jakarta Broadcasting School adalah sebuah pilihan yang tepat bagi generasi muda Indonesia yang ingin terjun ke dunia broadcasting yang gemerlap dan penuh tantangan.Jakarta Broadcasting School juga akan menjalin kerjasama dengan pelbagai lembaga penyiaran di dalam dan luar negeri untuk penyelenggaraan program diklat, maupun kesempatan magang bagi peserta/mahasiswa.Jakarta Broadcasting School, The Real Way to be The Real Broacaster

Rabu, 07 Januari 2009

dunia public relation

Dunia Public Relation


Kesempatan bisa datang kapan saja, dan di mana saja, dalam waktu yang tidak ditentukan. Saat kesempatan itu datang, tinggal diri kita yang harus bisa menggapainya untuk mencapai kesuksesan yang kita inginkan. Kira-kira seperti itulah gambaran yang bisa Anda dapatkan jika bertemu dengan wanita yang satu ini.
Pekerjaan lain yang menjadi tanggung jawabnya adalah mengajak pihak ketiga melakukan branding
di katalognya. Ini dilakukan dengan sistem win win solution, yaitu pihak ketiga yang beriklan di katalognya bisa masuk ke event-event Sophie Martin yang melakukan fashion show yang sedikitnya dilakukan sebanyak 15-20 kali dalam sebulan. Ini yang harus di maintain oleh Dina sebagai manajer public relation. Ini juga berarti ia banyak bepergian ke luar kota untuk mendatangi fashion show yang diadakan untuk sekedar mensupervisi atau memberikan masukan. Ia pun perlu membuat standarisasi atas fashion show yang dibuat. Sebagai public relation pun ia perlu mempromosikan produknya secara off air dengan pemakaian produk di tv, majalah, atau film.
Apa yang menjadi tujuannya adalah mencoba menghilangkan dan menaikkan image Sophie Marti
n yang tadinya dari menengah bawah, dengan menekankan bahwa produk Sophie Martin ini memang bermutu, enak dipakai dan harganya terjangkau. Karena itu, kalau ditlik-tilik, kesemua aksesoris wanita modis ini bermerek Sophie Martin, dari mulai tas tangan, dompet sampai aksesoris wanita lainnya.
Dina yang senang bepergian pun, kesenangannya terpenuhi, lihat saja, weekend hampir tak pernah ia di Jakarta. Ketika ditanya apakah ia pernah merasa bosan? Ia pun menjawab, “Bagaimana ya? Soalnya karena saya senang sekali traveling, maka semuanya dijalankan dengan enjoy, apalagi kalau bepergian ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.” hampir tak pernah ia mempunyai waktu luang, tapi memang semuanya itu dijalani dengan senang, misalnya saja saat harus pergi mencari ide untuk koleksi baru, ia dengan bahagia berbelanja, meski itu bukan menjadi miliknya nanti, tapi ia senang sekali melakukannya. Kemana pun ia pergi tak lupa disempatkannya bergaya. Meski kelihatan menyenangkan, ia hampir setiap harinya datang jam 7 pagi dan pulang kantor dalam waktu yang tak tentu. “Tak tentu ya, tergantung apakah pekerjaan saya sudah selesai atau tidak. Biasanya hampir selalu saya pulang jam setengah tujuh. Yah, hitung-hitung
nunggu macet selesai, ” jelasnya sambil tersenyum.
Ketika ditanya apa yang menjadi targetnya di masa depan, ia menjawanb masih begitu banyak yang harus dipelajari dan dikerjakannya, salah satunya di bidang pendidikan yang menurutnya akan sangat membantu pekerjaannya saat ini. Ia masih ada rencana untuk mengambil kuliah S-2 di bidang komunikasi. “Ini untuk melancarkan keahlian saya di bidang public relation ini. Apalagi makin lama memahaminya, saya makin tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam,” katanya lagi. Dina pun mengakhiri wawancara karena hari itu, ia masih harus sibuk mencari ide untuk event selanjutnya “select couple” yang akan merepresentasikan brand Sophie Martin. Karena itu, jika dilihat, kalau kita mau tekun bekerja dan tahu bagaimana menggunakan kesempatan yang datang, kesuksesan pun bisa diraih, meski bukan berarti keberhasilan didapatkan semudah membalik telapak tangan. Kembali lagi, bekerja keras dan kemauan yang kuat menjadi kuncinya.

IDE HARAPAN DAN KENYATAANSungguh sangat menarik sebuah tulisan disalah satu ,mingguan bahwa “Humas bukan sebagai kameramen atau Fotografer”, bahkan tepat sekali bahwa hubungan masyarakat dengan personilnya tentu akan memacu dan menguasai berbagai informasi yang harus dikonsumsi oleh masyarakat luar, sebagai bentuk akuntabilitas lembaga di dalamnya, seluruh kegiatan personil yang terlibat dalam lembaga tersebut wajib diketahui oleh Humas sebagai lembaga Public Relatian (PR). Lebih lanjut lagi bahwa humas harus memposisikan diri sebagai juru bicara suatu lembaga.Pada dasarnya bahwa humas itu harus mampu berdiri di hadapan tapi jangan menghalangi, harus mampu berdiri di tengah tapi jangan merintangi, dan harus mampu berdiri di belakang tapi jangan sampai membebani. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Teddy Kharsadi 1/12 2004 dalam acara Bakohumas di Bali bahwa paradigma baru meliputi globalisasi, reformasi, otonomi daerah, perubahan ekonomi baru dan Indonesia Baru, Sehingga setiap orang dituntut untuk mampu menghadapi tantangan baru dan tuntunan baru, yaitu hak publik (informasi) dan demokrasi (HAM).

Dengan demikian hambatan terhadap efektivitas humas pemerintah, adalah apatisme publik, sikap negatif, anggaran dan SDM baik dari segi kualitas dan kuantitas. Bahkan dewasa ini humas dituntut menghadapi dan mempunyai fungsi yang beragam. Sedangkan keberadaan humas pemerintah tujuannya adalah menyampaikan informasi sebagai “laporan” kepada masyarakat, mengupayakan kerjasama aktif dan “kepatuhan” masyarakat serta mengembangkan dukungan masyarakat terhadap kebijakan peraturan pemerintah.

Hal tersebut bisa tercapai dengan semestinya manakala humas pemerintah bersikap profesional, yaitu “independensi” yang tinggi, orientasi tanggung jawab kepada masyarakat, pemahaman dan realisasi “etika dan standar” digambarkan oleh Teddy Kharsadi bahwa ada 7 prinsip Ronald Reagan dalam “memanage the news”, yaitu 1. perencanaan, 2. strategi, 3. Kendalikan arus informasi, 4. batasi akses pers kepada Presiden, 5. Sampaikan “hanya” permasalahan yang ingin dibahas, 6. Berbicara satu “suara”, 7. Ulangi pesan yang sama sesering mungkin.

Dalam kenyataannnya masalah-masalah yang sering dihadapi humas untuk menjalin hubungan dengan pers diantaranya “ Bad news is a good news Vs no No news is a good news”, kemudian Good Vs Bad journalists, Dealing with “suprises” too many media. Terlebih-lebih saat ini dengan penerbitan media tanpa harus mempunyai izin, maka banyak media dan mudah menjadi “wartawan”, yang menyedihkan bila media itu koleps wartawan tetap mengaku sebagai “wartawan” , yang lebih parah lagi humas sering dihadapkan pada kenyataan yang riil bahwa hampir seluruh komponen yang mendukung terbitnya sebuah media mengaku sebagai “wartawan” . Padahal bila ditelusuri mereka ada yang seharian sebagai loper, tenaga administrasi, fotografer, redaktur dan ada yang benar-benar sebagai jurnalis profesional. Namun semuanya bila berhadapan dengan dinas/instansi atau narasumber, bahkan kehumaspun mengakunya sebagai wartawan tulen dengan bermodalkan “kartu pers”, lebih parah lagi humas harus membayar Koran yang tidak ada tulisan hasil karyanya, menagih tulisan yang dibuatnya walaupun tidak ada unsur public relationnya, dianggap humas itu sebagai juru bayar “ATM” bahkan “wartawan” sekarang memposisikan diri sebagai “kuli disket”. Padahal jurnalis/wartawan itu adalah profesi yang mulia untuk membesarkan, mencerdaskan, mensejahterakan Bangsa Indonesia di Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini dan mengangkat citra baik di mata dunia.

Telah banyak upaya-upaya untuk melakukan pembinaan terhadap “new comers” di bidang “news”. Tetapi untuk menutupi kelemahannya mereka sering menggertak dengan mengirimkan surat pengaduan kasus kepada instansi yang dianggapnya sebagai upaya “pembredelan” terhadap kebebasan pers dan dianggap menghalang-halangi kebebasan pers.

Namun apabila Infokom tidak mampu berperan dan tidak diperankan oleh pimpinan beserta seluruh stakeholder di bidang pers, bahkan yang dikembangkan sikap mencurigai terhadap kinerja Infokom yang berfungsi sebagai humas dengan harapan bisa memfasilitasi sinergitas kepentingan pemerintah, masyarakat dan industri pers, hanya akan merupakan harapan, angan-angan dan mimpi belaka dan kenyataannya akan terjadi “kesemuan”. “ JANGAN KORBANKAN IDEALISME, MORALITAS, KAIMANAN DAN KETAQWAAN KEPADA ALLAH SWT. HANYA UNTUK KEPENTINGAN SESAAT, INGAT KITA SEMUA AKAN MATI DAN MEMPERTANGGUNG JAWABKAN SEMUA YANG TELAH KITA PERBUAT”. Ya Allah lindungilah kami mahluk yang lemah dan bodoh ini. Amiin Ya Robbal Alamin.Bernas: YANG namanya hobi, apapun akan dilakukan. Karena hobi pula, maka sesuatu yang bagi orang lain mungkin dianggap tidak menarik, bisa jadi akan menjadi sesuatu yang tidak akan pernah bisa ditinggalkan oleh mereka yang memang hobi dengan hal itu.
Pun dalam hal pekerjaan. Ketika sudah hobi, maka mereka yang menggeluti pekerjaan itu akan tetap enjoy dengan pekerjaannya dalam kondisi apapun.

Selain menuntut skill dalam hal relationship, yang bersangkutan juga harus cukup menguasai hal-hal berkait dengan sales, peka terhadap perubahan pasar yang begitu dinamis, serta punya wawasan luas dalam hal telekomunikasi yang juga sangat cepat perkembangannya.
Mereka juga mesti running (berpacu) dalam segala hal. Termasuk saat menggelar berbagai program atau event.
“Kalau teman-teman PR hotel suka kerja overtime atau lembur, kami pun juga begitu. Hitung-hitung malah pekerjaan kami tidak lebih ringan. Sebab mesti bisa mengkombinasikan banyak hal mulai program sales atau marketing, program sosial ataupun program membangun citra.
Ini semua tidak terpisahkan dan harus dikuasai. Rasanya hanya di kantor pusat saja yang fungsi public relations benar-benar berdiri sendiri, sedangkan kalau di kantor cabang fungsi tersebut hanya sebagian dari tugas seorang ProComm”, paparnya panjang lebar.
Tak heran, tugas dan fungsi yang begitu besar, membuat seorang Deasy dan sejawatnya sering harus kerja lembur. Menuntut fisik yang prima serta siap bekerja di bawah tekanan. Kebetulan pula, sebagai perusahaan telekomunikasi, praktis iklim kompetisi dengan perusahaan sejenis juga sangat ketat.
“Jadi kami pun harus peka dengan apa yang telah dicapai kompetitor. Begitu terbiasanya mengendus kompetitor, maka saat di perjalanan pun bawaannya ngliatin media-media promo melulu. Pamrihnya cuma satu, gimana bisa berpromosi lebih baik dibandingkan pesaing. Sampai-sampai saya pernah dijuluki mata spanduken. Habis yang diliat spanduk melulu”, ujarnya tertawa.
Bukan berarti memungkiri kodrat sebagai seorang wanita, ketika Deasy mengaku tidak suka membeda-bedakan jenis kelamin dalam urusan pekerjaan. Yang ada di benaknya hanya satu, bagaimana tugas dan peran serta fungsinya sebagai seorang ProComm, bisa terlaksana dengan baik, sehingga image perusahaan semakin baik di mata umum.
“Di divisi ini memang saya yang paling senior. Saya berusaha membiasakan rekan-rekan untuk tidak membeda-bedakan jenis kelamin dalam urusan tugas dan pekerjaan, karena saya sendiri juga tidak terbiasa seperti itu. Bahkan saat hamil pun, tidak kendur ritme kerja, sehingga tidak jarang justru kawan-kawan yang khawatir bukannya saya”, kata wanita yang tidak suka rutinitas ini

PR writing :Teknik Penulisan Humas (Public Relations Writing) adalah keterampilan menulis (writing skill) khas Humas/PR dalam menghasilkan naskah-naskah yang diperlukan untuk kepentingan pencitraan positif dan popularitas perusahaan/organisasi. Tipe-tipe panulisan atau naskah PR dapat dibagi menjadi dua bagian:

  1. Berkaitan dengan Media Relations/Press Relations, seperti naskah press release (siaran pers), advertorial, dan press conference (press kit/media kit).
  2. Berkaitan dengan media promosi, informasi, dan komunikasi perusahaan/organisasi, seperti naskah untuk dipublikasikan di newsletter, in house magazine/Company Magazines, naskah laporan tahunan (annual report), company profile, leaflet, booklet, brosur, dan sebagainya.

Untuk menghasilkan naskah yang baik (good writing), Humas/PR harus memiliki keterampilan jurnalistik layaknya wartawan, seperti pemahaman tentang nilai berita (news values), bahasa jurnalistik (language of mass communications), kode etik jurnalistik, dan sebagainya.Untuk kepentingan publikasi yang luas, Humas/PR membutuhkan peran media. Karena itu, diperlukan sebuah hubungan yang baik dengan kalangan pers/media massa (Press/Media Relations). Agar hubungan itu tercipta dengan baik, Humas perlu mengenali dunia pers dengan baik pula, seperti karakteristik wartawan, format media, cara kerja wartawan/media, dan sebagainya.Siaran PersSiaran Pers (Press Release, biasa disebut rilis saja) adalah naskah berita (data atau informasi tentang sebuah kegiatan –pra ataupun pasca) yang disampaikan kepada wartawan atau kantor redaksi media untuk dipublikasikan di media tersebut. Dengan demikian, menulis siaran pers pada dasarnya sama dengan menulis berita seperti dilakukan para wartawan. Oleh karenanya, karakteristik dan struktur penulisan siaran pers sama dengan menulis berita.Karakteristik siaran pers adalah memiliki “nilai berita” (news values), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Struktur penulisannya pun sama dengan dengan penulisan berita, yakni terdiri dari head (Judul), dateline (baris tanggal), lead (teras berita), dan news body (tubuh atau isi berita). Berita sendiri artinya adalah laporan peristiwa atau peristiwa yang dilaporkan oleh media massa.Kiat menulis siaran pers:

  1. Tulis dengan gaya penulisan berita.
  2. Jangan terlalu panjang – cukup satu lembar.
  3. Langsung ke masalahnya dengan segera.
  4. Penuhi unsur berita 5W+1H.
  5. Berikan lebih dari satu nomor kontak –nomor telpon kantor, kontak pribadi, HP, e-mail, dan fax.
  6. Jika memungkinkan, buatlah usulan mengenai orang-orang yang dapat diwawancara.
  7. Cek/konfirmasi siaran pers yang sudah dikirimkan melaui fax, surat, atau e-mail.
  8. Jika perlu, seratakan ilustrasi foto, tabel, atau grafik atau bahan pendukung lainnya –makalah, naskah pidato, susunan acara, dsb.
  9. Tuliskan pada kertas berkop-surat sehingga benar-benar resmi.
  10. Tandatangani oleh pejabat paling berwenang, misalnya manajer humas, ketua panitia, dan/atau ketua lembaga/perusahaan.
  11. Jika bersifat individu, misalnya artis, pakar, pejabat, ataupun warga biasa, sertakan fotokopi identitas.

Surat PembacaSurat Pembaca (letter to the editor) mirip siaran pers, terutama dalam hal teknis penulisan dan pengiriman. Yang membedakan adalah dalam hal isi dan tujuannya. Isi dan tujuan surat pembaca biasanya merupakan tanggapan, sanggahan, klarifikasi, atau penggunaan Hak Jawab dan Hak Koreksi atas informasi yang dinilai salah dan merugikan. Surat pembaca berupa tanggapan, biasanya diawali dengan mengutip berita atau surat pembaca yang sebelumnya sudah dimuat, sehingga pembaca dapat mengetahui latar belakang masalah yang diklarifikasi.Advertorial (adv)Advertorial = advertising dan editorial. Gabungan antara promosi dan opini atau pemberitaan tentang hal yang dipromosikan –produk, jasa, perusahaan, organisasi, aktivitas, atau program pemerintah. Bentuk tulisannya bisa berupa berita, feature, atau artikel. Advertorial sering disebut iklan dalam bentuk pemberitaan atau tulisan panjang.Jenis advertorial a.l. adv produk, adv jasa, adv perusahaan, dan adv pemerintahan. Sifatnya bisa informatif, eksplanatif, interpretatif, persuasif, argumentatif, dan eksploratif.BrosurBrosur (Brochure) adalah selebaran cetakan satu halaman kertas yang terlipat dua atau lebih, berisi keterangan, informasi, atau gambaran tentang sebuah perusahaan, instansi, produk, atau jasa, atau bisa juga berisi sebuah ide dan kegiatan.Jenis selebaran promosi sejenis brosur adalah booklet, yakni buku kecil tanpa jilid/cover berisi informasi dan gambar tentang suatu produk atau jasa. Bisa juga terdiri dari beberapa lembar kertas sehingga menyerupai buku. Penyebarannya sama dengan brosur, yakni dibagi-bagikan langsung kepada publik.Sarana promosi mirip brosur adalah flyer, pamflet, leaflet, atau poser, yakni lembaran utuh tanpa lipatan/tidak terlipat. Pamflet (ukuran satu halaman kertas print), leaflet (ukuran kertas kecil), dan poster (”surat tempelan”, ukuran kertas besar) disebarkan dengan cara ditempel. Flyer biasanya digantung.Ada juga yang disebut folder. Bentuknya mirip map, namun berisi banyak informasi dan bagian dalamnya terdapat kantung untuk menyimpan aneka berkas seperti surat, brosur, leaflet, kartu nama, dan sebagainya. Folder dapat berfungsi sebagai tempat penyimpan berkas informasi atau promosi.Press Conference/Media KitKonferensi Pers (Press Conference) – undang media untuk menyampaikan informasi, dilakukan tidak rutin, insidental sesuai acara yang digelar, baik sebelum maupun sesudah kegiatan.Media Kit adalah bahan tertulis sehingga kalangan pers memiliki data akurat dan lengkap sebagai bahan berita. Bahan tertulis ini bisa berupa siaran pers, susunan acara, makalah, artikel, feature, bosur, proposal, atau informasi lengkap tentang kegiatan –tujuan, jadwal, target, kepanitiaan, daftar pengisi acara, dsb.—dan dimasukkan dalam sebuah map atau amplop besar.Naskah PidatoNaskah pidato biasanya dilakukan penulis khusus yang disebut scriptwriter. Namun, ada punya petugas humas yang ditugaskan menulisnya. Naskah pidato terdiri dari bagian pembukaan, isi, dan penutup. Ditulis dengan gaya bahasa tutur (spoken words) atau gaya bahasa percakapan (conversational language) karena naskah itu untuk diucapkan, dibacakan, atau disuarakan.NewsletterNewsletter secara harfiyah artinya “laporan berkala” atau “surat berita”. Merupakan media informasi dan komunikasi internal sebuah lembaga, biasanya terdiri dari dua hingga delapan lembar kertas kwarto atau folio, tanpa cover seperti majalah atau buku. Isinya bervariasi mirip majalah, misalnya agenda dan berita kegiatan, artikel, feature, gambar, dsb.In House MagazineIn House Magazine atau Company Magazines adalah majalah internal sebuah lembaga/perusahaan. Desain atau tampilan dan rubrikasinya seperti majalah umum/komersil, namun isinya tentang informasi seputar “dapur” lembaga. Mengelola In House Magazine, juga Newsletter, sama dengan proses manajemen media massa pada umumnya, yakni melalui proses redaksional dan membutuhkan keterampilan meliput dan menulis berita layaknya wartawan.Proses redaksional dimaksud adalah tahapan perencanaan (planing) –penentuan visi, misi, logo, moto, rubrikasi, editorial policy, dan style book; pengorganisasian (organizing) –penetapan susunan organisasi redaksi (pemred hingga reporter dan layouter); pelaksanaan (acting) –aktivitas jurnalistik seperti perencanaan liputan (rencana isi), peliputan, penulisan, editing, dan desain grafis, dan pengawasan (controling) –pengawasan dan evaluasi proses dan hasil kerja yang sudah dilaksanakan.*Referensi:

Public Relation Writing: Pendekatan Teoritis dan Ptaktis. Penulis: Dr. Yosal Irianto & A. Yani Surachman, S.Sos. Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006; Press Relation: Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Penulis: Drs. Aceng Abdullah. Penerbit Rosdakarya, Bandung, 2000; Jurnalistik Terapan: Panduan Kewartawanan dan Kepenulisan. Penulis: Asep Syamsul M. Romli. Penerbit Baticpress, Bandung, 2004.

Ssstt, Ada Bisnis Empuk di Arena Politik!Sumber: Majalah Swa Sembada, Maret 2007 04/04/2007 16:00 Sejauh ini jasa survei (riset) termasuk di antara jasa yang paling dibutuhkan para tokoh politik. Terutama sekali untuk memantau reputasi mereka di mata publik. Selain jasa survei, di pentas ini pula berkembang jasa konsultasi pemenangan pemilu, konsultan branding dan public relations (PR). Bahkan, muncul pula bisnis pengerahan massa untuk mendukung atau menolak tokoh politik tertentu, meski untuk yang terakhir ini biasanya dilakukan atas nama kelompok massa tertentu, bukan dengan memakai ”baju” korporat. LSI termasuk salah satu pemain yang paling aktif menggarap bisnis berbau politik ini.Bisnis memang bisa digali di mana saja, termasuk di arena politik. Khususnya bagi mereka yang bergerak di jasa kehumasan (public relations), personal branding, survei (polling), dan semacamnya. Maklum, kini makin banyak saja tokoh yang ingin tampil dalam rangka memperebutkan suara publik. Entah untuk menjadi kepala daerah, anggota legislatif, ataupun jabatan politik lainnya. Kalau dihitung-hitung, bisnis yang bisa digarap memang cukup menggiurkan. Setidaknya bisa dilihat dari jumlah pemilihan langsung di Tanah Air. Ada pemilihan untuk 500 anggota DPR; 33 gubernur, serta sekitar 460 pemilihan untuk jabatan bupati dan wali kota. ”Situasi politik yang berubah kini membawa pasar baru,” kata Denny J.A., pemilik perusahaan riset politik Lingkaran Survei Indonesia (LSI), mengakui.Bila diamati, sejauh ini jasa survei (riset) termasuk di antara jasa yang paling dibutuhkan para tokoh politik. Terutama sekali untuk memantau reputasi mereka di mata publik. Selain jasa survei, di pentas ini pula berkembang jasa konsultasi pemenangan pemilu, konsultan branding dan public relations (PR). Bahkan, muncul pula bisnis pengerahan massa untuk mendukung atau menolak tokoh politik tertentu, meski untuk yang terakhir ini biasanya dilakukan atas nama kelompok massa tertentu, bukan dengan memakai ”baju” korporat.LSI termasuk salah satu pemain yang paling aktif menggarap bisnis berbau politik ini. Menurut Denny – peraih gelar master dan Ph.D dari Amerika Serikat – LSI memiliki beberapa divisi bisnis. Antara lain Divisi Riset, Divisi Mobilisasi (penggalakan dukungan suara), dan Divisi Public Interest (mengurusi publikasi terkait dengan pencitraan). Sejauh ini dari tiga bisnis LSI, yang paling menonjol adalah bisnis riset politik. Tak heran, iklan LSI di berbagai media cetak umumnya mempromosikan akurasi hasil risetnya untuk berbagai pemilihan kepala daerah (pilkada).Denny yang awalnya membantu tim pemenangan pemilihan presiden untuk SBY, mengaku memulai usaha dengan modal sekitar Rp 600 juta (belum termasuk pendanaan operasional survei dan gaji karyawan). Setelah membantu SBY, proyek berikutnya adalah membantu Ismeth Abdullah dalam rangka pemilihan Gubernur Kepulauan Riau. Sukses itu terus berlanjut, sehingga sampai sekarang LSI sudah menangani sekitar 200 klien. Saat ini LSI tengah membantu 12 calon gubernur di tahun 2007 dan 2008 (termasuk untuk Fauzi Bowo di DKI Jakarta). Tak heran, dengan bisnisnya yang basah ini LSI mampu menghidupi 16 karyawan tetapnya, ditambah sekitar 300 karyawan freelance di tiap wilayah pemilihan – yang kalau dijumlah keseluruhannya mencapai ribuan.Sebenarnya, cukup banyak perusahaan konsultan lain yang berbisnis seperti LSI. Hanya saja, kiprah dan promosi mereka tak sedahsyat lembaga besutan Denny. Menurut informasi yang diperoleh SWA, perusahaan riset kecil banyak yang melayani klien untuk pemilihan wali kota/bupati yang per proyek nilainya berkisar Rp 75-100 juta. Di samping itu, LSI juga lebih populer karena punya jasa riset perkiraan cepat penghitungan hasil pemilihan yang sudah di-branding bernama QuickCount.Selain lembaga survei, perusahaan yang bergerak di jasa PR juga kecipratan berkah dari euforia politik. Pasalnya, tak sedikit tokoh politik dan mantan petinggi militer yang menggunakan jasa seperti ini ketika mereka terjun ke kancah politik.Wimar Witoelar, pendiri dan pemilik perusahaan PR PT InterMatrix Indonesia, mengakui bisnis mem-branding tokoh politik ini memang berkembang. Hanya saja, ia mengatakan, perusahaannya saat ini tidak menangani proyek seperti itu. ”Dulu, terutama ketika pergantian rezim Soeharto, InterMatrix pernah mem-PR-kan beberapa tokoh politik, seperti Amien Rais dan Arifin Panigoro,” ujar Wimar. Pada kasus Arifin misalnya, waktu itu InterMatrix ditugaskan mengubah citra Arifin dari tokoh bisnis menjadi tokoh politik. Kontrak kerjanya selama tiga bulan, dengan dana 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan klien umumnya. Saat itu, ia menilai hasilnya cukup sukses. Buktinya, perusahaannya kemudian dipercaya untuk membangun citra Megawati di Jawa Barat.Menurut beberapa sumber SWA, diam-diam sejumlah perusahaan PR memang menerima klien-klien politik seperti itu. Banyak di antara klien itu yang merupakan pejabat Orde Baru yang ingin kembali ke pentas politik dengan citra baru. Hanya saja, berbeda dari klien korporat, perusahaan PR umumnya menangani klien politik ini tidak secara terang-terangan. Mungkin ini salah satu kiatnya. Maria Wongsonegoro, Presdir IPM Public Relations, mengakui untuk bisa menjadi konsultan personal branding di bidang politik memang butuh keahlian khusus. ”Selain harus punya pengetahuan kehumasan juga mesti memiliki cukup pengetahuan politik,” katanya. ”Penanganan kehumasan korporasi memang tidak serumit pembentukan citra tokoh politik,” ia menambahkan. Meski begitu, nilai proyeknya lumayan juga kan.

Jumat, 02 Januari 2009

Broadcast Conversations...??

Seberapa penting sekolah broadcast sebelum terjun ke dunia broadcast???

Saya sangat menyukai dunia radio. Saaya pernah bergabung di Rakom, megikuti pelatihan, workshop dan juga kompetisi penyiar. Saya ingin bertanya khususnya untuk teman2 yg menyukai broadcast, apa perlu SEKALI untuk mengikuti sekolah broadcast sebelum gabung di radio. Mengingat saya lebih menyukai praktek langsung di bandingkan hanya sekedar teori..

Terima kasih...

Replay answer :

Dear friend,

I've been in this business for like 10 years, and i still think that i am not having enough of it yet....

Jadi buat saya, itu memang penting sekali. Kamu akan semakin memahami betapa indahnya dunia broadcasting itu. Then, kalau kamu sudah merasakan indahnya kamu akan tidak dapat berhenti melakukan yang terbaik untuk perkembangan dunia broadcasting itu sendiri.

Dengan mengikuti sekolah broadcasting ini, kamu akan dibekali dengan banyak hal sebagai penyiar. Artinya, dalam menyampaikan suatu berita, informasi yang berhubungan kepada orang banyak kamu tidak akan "asal ngomong". Jadi kamu akan tau melakukan tahapan opening - body - closing dalam menyampaikan suatu informasi tersebut. Ok?! maju terus ya....

pengalaman sendiri "ajah"

A

da yg tau web youtube-broadcast yourself n web ziddu gak??? gunanya tuk pa siy?

answer from Mario :

http://www.ziddu.com/
Ziddu itu web untuk file sharing.
Si pengupload akan dibayar jika file yg dihosting/diupload di download oleh orang lain.

http:// www.youtube.com/
Ini untuk video sharing.

Intinya ada yang upload trus ada yang liat/download


Apa

sih maksudnya kerja sebagai copywriter,creative director,dan broadcast producer?

sekalian gimana ritme kerjanya and ribet ato nggak nya kerja di bidang tsb

thx b4
answer from :chiby


copy writer : kerjanya menyajikan tulisan dg indah,, membuat tagline produk seperti "terus terang Philips terang terus",, begitu,,

creative director : mengeksekusi proyek seni,, baek iklan,, video klip,, dll,,

broadcast producer : penanggungjawab prodksi acara

sem ua ribet kalee, namanya juga kerja,,,, semuanya ada deadline,,



Tol

oooooo

oong bisa ngartikan gak?///// saya kurang paham?

New sound technology may well be all in your head
Vito Pilieci , Canwest News Service
Published: Monday, May 12, 2008
OTTAWA - After more than a decade of development, technology that directs a beam of sound straight into a person's eardrums is ready for prime time.




The new technology has attracted some attention from critics who worry that it gives advertisers far too much power to invade a consumer's privacy when promoting their products where shoppers congregate.

Hypersonic sound technology aims to eventually make blaring loudspeakers and broadcast marketing messages obsolete in stores and malls.


View Larger Image
canada.com illustration


Email to a friend

Printer friendly
Font:****In December, the A&E Television Network used the technology on a busy downtown Manhattan street to promote its show, Paranormal State. The new program is about ghost hunters who investigate haunted locations, and people walking by an advertisement heard voices whispering, "Who's there? What's that? It's not your imagination.''

The technology works by beaming waves of hypersonic sound at a pitch that is undetectable by the human ear. The waves continue until they smash into an object such as a person's body. The waves then slow, mix and re-create the original audio broadcast. If the person steps out of the waves, they are no longer obstructed and they are rendered inaudible.

The promotion was an enormous success. New Yorkers heard about the freaky advertisement and flocked to its location to experience it first-hand.

"The technology really basically made it seem like the sounds were coming from inside your head,'' said Lori Peterzell, vice-president of marketing for A&E. "It was totally a freak-with-your-mind experience. It was a great way of building buzz about a show that didn't exist yet.''

Using the technology, marketers can target an audio message at one person in a crowd of hundreds, leaving everyone around that person unaware.

"If you really wanted to bother a lot of people and inject sound into a lot of people at once, the best way to do that is with a loudspeaker. Everyone hears it. This prevents the noise, it doesn't add to it,'' said Joseph Pompei, founder of Holosonic Research Labs, Inc., one of two companies in the hypersonic sound business.

Pompei's company manufactured the technology that A&E used. "That's the main thrust of this technology - delivering sound to a very specific area and preventing noise from going elsewhere.''

For example, nightclub-goers could hear music delivered through hypersonic methods, while people living nearby or those passing by the club would not hear anything. Similarly, an ambulance using a hypersonic sound siren wouldn't disturb households - only cars in front of the ambulance would be able to hear the siren.

While more high-profile uses of the technology may still be a few years away, Pompei said the A&E marketing initiative has lead to a deluge of calls from marketers interested in trying out the technology.

His company's technology is in use at the New York City Public Library, where a giant wall of TVs constantly broadcasts news for people to watch. The hypersonic technology allows people to hear the broadcast if they stand in front of the TV, while those wandering through the library's aisles hear nothing.

The technology has also been used at the Tate Gallery in London, where units broadcast an audio tour of Picasso paintings without disturbing others who would rather not listen to the narration. In Canada, Pompei's technology is used at the Royal Tyrrell Museum in Alberta as well as the Royal Alberta Museum.

Marketing experts say that with interest in the technology ballooning, consumers are likely to soon be bombarded with messages from pop machines, automated tellers or mall vendors informing shoppers of the latest sales.

"It's a tool well worth investigating,'' said Ken Hardy, a professor of marketing with the Richard Ivey School of Business at the University of Western Ontario. "People are substantially suggestible. I think this has quite a bit of potential. The directionality makes it much more acceptable.''

The technology scares some consumer groups, including the U.S.-based Center for Cognitive Liberty & Ethics, which is raising legal questions about what rights people have when it comes to being forced to listen to audio broadcasts in public.

"While most people are capable of shutting their eyes and thereby blocking out external images, it is not so easy to shut one's ears,'' says the group's website. "If the First Amendment (regarding freedom of speech) blocks the government from putting words in a person's mouth, does it also block the government from putting words in a person's head?''

Hardy believes the concerns may be a bit overblown. He said as long as the ads are tasteful and low-key - they can't feature people shouting at consumers or beam loud music into their heads - they will likely be well received. Consumers are already bombarded with audio advertisements and hypersonic technology could help to alleviate some of that noise, according to Hardy.

Some businesses have already opened their arms to the new technology. American Technology Corp., the other maker of hypersonic audio technology, has seen its products installed by retailers across the United States.

U.S. grocery stores such as Kroger and Myers have installed hypersonic sound technology along with big-screen TVs to entertain customers.

The company says it is also in talks to provide the technology to banks, so they can integrate it into automated tellers and provide customers with information updates or assistance.

© CanWest News Service 2008

answer from.... "maika
gilaaaaa,,,,,, panjang bener,,,,,

Teknologi Suara Terbaru
Vito Pilieci , Canwest News Service
Diterbitkan: Senin, 12 Mei 2008
OTTAWA - Setelah pengembangan lebih dari 10 tahun, teknologi yang mengarahkan gelombang suara langsung ke gendang telinga pendengar pun selesai.

Teknologi baru ini telah menarik perhatian beberapa kritikus yang khawatir bahwa alat ini akan memberikan para pengiklan dominasi untuk menginvasi privasi konsumen dalam mempromosikan produknya di tempat belanja.

Tujuan akhir teknologi suara hipersonik ini adalah menggantikan loudspeakers yang berisik dan broadcast marketing messages di toko-toko dan mal.

Pada Desember, A&E Television Network menggunakan teknologi ini di jalan kota Manhattan yang sibuk untuk mempromosikan acaranya, Paranormal State. Program baru ini adalah mengenai pembasmi hantu yang menginvestigasi lokasi-lokasi berhantu, dan orang yang berjalan melewati iklan tersebut akan mendengar suara-suara berbisik, "Siapa di sana? Apa itu? Ini bukanlah imajinasimu.''

Teknologi bekerja dengan menyalurkan gelombang suara hipersonik pada frekuensi yang tidak terdeteksi oleh telinga manusia. Gelombang terus berlanjut sampai mereka bertabrakan dengan benda, contohnya badan manusia. Gelombang kemudian melambat, mencampur dan membuat kembali pesan iklan yang disiarkan. Jika orangnya keluar dari gelombang, maka mereka tidak lagi termasuk dalam getaran gelombang tersebut.

Promosinya sangat sukses.Orang-orang New York mendengar tentang iklan yang mengerikan dan berdatangan ke lokasi untuk mencobanya secara langsung.

"Pada dasarnya, teknologi ini membuat seakan-akan ada suara yang datang dari dalam kepala kita,'' kata Lori Peterzell, wakil presiden pemasaran A&E. "Ini merupakan pengalaman di luar dugaan. Ini merupakan cara yang baik untuk mempromosikan acara yang belum jadi/selesai.''

Dengan menggunakan teknologi ini, orang pemasaran bisa menargetkan pesan suara ke satu orang dalam kerumunan, dan membuat semua orang lainnya dalam kerumunan tidak sadar.

"Jika kamu benar-benar ingin mengganggu banyak orang dan menggemakan suara ke semua orang sekaligus, cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menggunakan loudspeaker. Semua orang mendengarnya. Hal ini menghindari noise, hal ini tidak ditambahkan,'' kata Joseph Pompei, pendiri Holosonic Research Labs, Inc., satu dari 2 perusahaan yang bergerak dalam bidang suara hipersonik.

Perusahaan Pompei memproduksi teknologi yang digunakan oleh A&E. "Itulah poin utama teknologi ini - mengantarkan suara ke area tertentu, dan menghindari noise bahwa suara akan terdengar kemana-mana.''

Contohnya, pengunjung klub malam dapat mendengar musik dengan menggunakan metode hipersonik, pada saat yang sama orang-orang yang tinggal di sekitarnya atau yang melewati klub malam tidak akan mendengar apapun. Sama juga dengan ambulans yang menggunakan sirene suara hipersonik yang tidak akan mengganggu perumahan - hanya mobil di depan ambulans yang bisa mendengar sirenenya.

Walaupun penggunaan teknologi ini secara canggih masih lama, Pompei mengatakan karyawan pemasaran A&E sudah mendapat telepon dari berbagai orang pemasaran yang tertarik untuk mencoba teknologi ini.

Teknologi buatan perusahaannya dipakai di Perpustakaan Umum New York, dimana terdapat sebuah dinding besar berisi televisi-televisi yang menyiarkan berita untuk pengunjung. Teknologi hipersonik membuat orang dapat mendengar berita ketika mereka berdiri di depan televisi, dan pada saat yang sama orang-orang yang berjalan mengelilingi rak-rak buku tidak mendengar apa-apa.

Teknologi ini juga sudah digunakan di Galeri Tate di London, dimana terdapat beberapa unit menyiarkan tur audio mengenai lukisan Picasso tanpa mengganggu yang lain yang lebih suka tidak mendengarkan narasi ini. Di Kanada, teknologi Pompei digunakan di Museum Royal Tyrrell di Alberta dan juga di Museum Royal Alberta.

Ahli pemasaran mengatakan bahwa seiring dengan bertambah canggihnya teknologi, konsumen nantinya akan dibombardir dengan pesan-pesan dari mesin instan, ATM, atau mal yang menginformasikan konsumen mengenai promosi diskon.

"Ini merupakan sarana yang pantas diinvestigasi,'' kata Ken Hardy, profesor pemasaran di Richard Ivey School of Business di University of Western Ontario. "Orang lama-lama bisa dibujuk. Menurut saya, teknologi ini memiliki potensi, yang berarti mudah diterima.''

Teknologi ini menakuti beberapa kelompok konsumen, termasuk U.S.-based Center for Cognitive Liberty & Ethics, yang menanyakan beberapa pertanyaan hukum mengenai hak yang dimiliki orang mengenai pemaksaan untuk mendengar siaran audio di tempat umum.

"Beberapa orang mampu menutup mata dan memblokir imej eksternal, tapi tidak mudah menutup telinga,'' tertulis dalam website kelompok ini. "Jika First Amendment (mengenai kebebasan berbicara) memblokir pemerintah untuk menaruh kata-kata di mulut seseorang, apakah juga berarti memblokir pemerintah untuk menaruh kata-kata di kepala orang?'

Hardy berpendapat masalah ini sedikit berlebihan. Dia berkata bahwa selama iklannya berseni dan bersuara rendah - mereka tidak boleh menyiarkan orang berteriak pada konsumen atau memberikan lagu kencang ke kepala mereka - teknologi ini akan diterima. Konsumen sudah dibombardir dengan iklan audio dan teknologi hipersonik dapat membantu menghilangkan sebagian keberisikan itu, menurut Hardy.

Beberapa bisnis sudah menyetujui teknologi baru ini. American Technology Corp., produsen lain dari teknologi suara hipersonik, telah menyaksikan produknya digunakan oleh retailer di United States.

Toko kelontong US seperti Kroger dan Myers sudah menggunakan teknologi suara hipersonik berikut dengan televisi besar untuk menghibur konsumen.

Perusahaan mengatakan bahwa mereka juga memikirkan menawarkan teknologi ini ke bank, sehingga mereka bisa menyatukannya dengan ATM dan menyediakan konsumen dengan informasi terbaru atau bantuan.

gila,,,, panjang amat,,, tapi akhirnya selesai juga,, semoga membantu yah,, intinya si mengenai teknologi hipersonik, dimana iklan suara itu cuman bisa didenger dari jarak tertentu, jadi ga berisik,, meski ada kontranya, teknologi ini uda banyak dipake di mal dan toko di US, dan juga lagi dipikirkan untuk digunakan di bank,,

Apa sih bedanya multimedia,broadcasting,animas… dan perfilman?

aku bingung sebenarnya multimedia itu apa sih (film /iklan atau apa)
jadi aku minta tolong supaya ada yang mau menjelaskan sama aku tentang multimedia lewat pertanyaan ini.

terima kasih

Halo,

Coba ikut menyumbang opini ya,mudah2an bermanfaat.
Multimedia : adalah ragam bentuk data dan informasi.Maksudnya,dalam dunia digital komputer data bisa berbentuk macam2,yaitu suara/audio,gambar/video dan teks/tulisan.Contoh kasus MMS,Multi Media Service atau Layanan Pesan Multimedia.Maksudnya adalah Layanan Pesan yg bisa terdiri dari gabungan Suara gambar dan teks dalam 1 pesan.Jadi anda bisa mengirim teks,gambar,suaradalam 1 paket sekali kirim.Perusahaan Multimedia maksudnya perusahaan yg menangani pemrosesan data2 dan atau informasi dalam bentuk suara,teks dan gambar dalam bentuk digital.
Broadcasting : adalah hal2 tentang Penyiaran informasi baik melalui radio maupun televisi.
Animasi : adalah gambar bergerak.Gambar yg dimaksud disini adalah gambar hasil karya tangan manusia BUKAN gambar hasil rekaman kamera video.Animasi ada yg berbentuk gambar yaitu kartun,animasi TEKS adalah Teks yg bergerak2.Misal ada tulisan yg bergerak dari kanan ke kiri,seperti di metro tv.
Perfilman : ini adalah hal2 yg berkaitan dengan pembuatan film.